dalam sejarah suka tak ada yg hingga buta
dalam sejarah juga sayang tak ada yg hingga buta
tapi sejarah telah membuktikan kalau yg membutakan itu adalah cinta
suka tak pernah hingga mati
sayangpun demikian tak sampai mati
namun cinta itu mampu membuat mati
tak ada kata suka untuk tuhan
tak ada kata sayang juga untuk tuhan
tapi ada kata cinta yg indah untuk tuhan
rasa nasionalisme kita wajib mencintai tanah air, bangsa dan negara
bukan menyukai atau menyayangi.
suka itu hanya sementara
sayang hanya rasa simpati yg melebih
tapi cinta sungguh luar biasa, tak ada yg mengalahkan cinta.
cinta sangat sulit untuk diartikan.
cinta membuat mata buta
cinta bisa membunuh jiwa
cinta bisa menghalalkan semua
cinta akan berkorban demi kebahagiaan
cinta akan mencari jalan diantara beribu-ribu jalan buntu
dan ingatlah, rasa yg sempurna itu adalah cinta.
cinta akan kekal selamanya.
karena cinta itu abadi...
Selamat datang di bloger SEJEPUT. saya membuat blog ini untuk memudahkan teman-teman para bloger untuk mencari apa yang teman-teman blog pengen cari... di bloger SEJEPUT ini saya sudah mengumpulkan beberapa kumpulan-kumpulan pencarian. nah pencarian apa ayo??? mau tau mau tau?? liat aja di bawah ini dan jelajahi lah bloger SEJEPUT ini.
Kamis, 03 November 2011
Kamis, 06 Oktober 2011
Ilmu Terawang
Walaupun
dijaman yang serba modern dan canggih, antusias orang untuk dapat
menguasai Ilmu Terawangan sangatlah tinggi. Ribuan bahkan jutaan orang
dimuka bumi ini banyak yang datang berduyun-duyun ketempat-tempat
praktek Paranormal yang tujuannya mempelajari Ilmu Terawangan.
Namun
tanpa disadari oleh kita semua, perburuan mendapatkan Ilmu Terawangan
atau dalam kata lain, ambisi kita untuk mendapatkan Ilmu tersebut kadang
dimanfaatkan oleh oknum-oknum paranormal yang tidak bertanggung jawab,
yang mengiming-ngimingi dapat menghantarkan seseorang untuk menembus
alam ghaib dengan imbalan / mahar yang mencekik leher.
Yang
lucunya, terkadang oknum yang mengiming-imingi dapat menghantarkan
seseorang tembus alam ghaib itu secara pribadi ia tidak pernah melihat
alam ghaib secara langsung. Sehingga tidak heran, banyak para peminat
ilmu terawangan yang merasa tertipu dan dibohongi. Padahal cukup banyak
pengorbanan yang telah dikeluarkan baik dana, waktu, tenaga serta pikiran, namun hasil yang didapat nol besar
Apa
dasarnya peminat Ilmu Terawangan banyak yang mengalami kegagalan,
walaupu ia telah mengeluarkan mahar yang cukup besar. Inti kegagalannya
adalah karena kita belum memiliki serta memahami syarat dan dasar menguasai ilmu terawangan.
Atas dasar ingin berbagi dengan para peminat Ilmu Terawangan, berikut
kami jabarkan syarat dan dasar menguasai ilmu terawangan. Semoga apa
yang kami berikan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Amiin
Untuk dapat menguasai ilmu terawangan, ada 3 tingkatan yang harus dikuasai secara bertahap, ketiga tingkatan itu adalah :
- ILMU PENERAWANGAN SEMEDI MEDITASI TAK BERATURAN
- Ambilah posisi duduk bersila, kedua tangan diatas lutut.
- Pejamkan mata
- Berdoa kepada Allah AWT, untuk meminta keselamatan dan perlindungan dalam melakukan semedi meditasi
- Kemudian tarik nafas dan tahan beberapa lama kemudian hembuskan nafas, lakukan beberapa kali untuk menenangkan pikiran
- Setelah
pikiran tenang kemudian konsentrasikan segala pikiran, rasa , karsa,
cipta pada keluar masuknya napas. Napas dalam keadaan biasa/tidak
menahan napas, jadi napas seperti biasa
- Latihlah
semedi meditasi tingkat 1 ini selama kurang lebih 1 hingga 2 minggu.
Lama latihan 1 jam. Untuk pemula latihan dianjurkan pada jam 12 malam
dan berada ditempat yang gelap.
- Setelah
anda berlatih pada jam 12 malam dan telah berhasil melihat
bayangan-bayangan alam ghaib, maka selanjutnya anda latihan semedi
meditasi pada siang hari.
- Jika
anda sudah bisa melihat bayangan alam ghaib, alam nyata, alam roh baik
pada siang hari maupun malam hari, anda tingkatkan untuk melanjutkan
semedi meditasi tingkat 2
- SEMEDI / MEDITASI TINGKAT 2 PENYEARAHAN
Caranya : lakukan semedi meditasi seperti cara semedi meditasi tingkat Satu
- Latihan dilakukan pada jam 12 malam, lama latihan 1 jam
- Ketika
berdoa kepada Allah SWT, mintalah tujuan serta niat yang mau kita lihat
misalkan minta melihat alam ghaib, alam nyata. Jadi nanti yang terlihat
akan sesuai dengan tujuan yang kita niatkan.
- Setelah anda mampu melihat bayangan alam ghaib penyearahan pada malam hari, dilanjutkan latihan pada siang hari
- Setelah
kita dapat melihat alam ghaib, alam nyata, alam roh pada siang hari,
kita bisa melanjutkan ilmu penerawangan semedi meditasi tingkat 3
- ILMU PENERAWANGAN SEMEDI MEDITASI PENYEARAHAN TINGKAT TIGA (3)
- Latihan dilakukan pada jam 12 malam
- Lakukan semedi meditasi seperti cara semedi tingkat 1
- Ketika membaca permohonan doa kepada Allah SWT, niatkan tujuan yang mau kita lihat, apakah alam ghaib, alam nyata, dan alam roh
- Anda harus berusaha dalam melatih tingkat 3 ini bayangan yang
terlihat harus sesuai dengan kehendak bathin, dan bayangan tersebut
terlihat dalam jangka waktu 5 hingga 10 menit, jadi dalam waktu singkat
anda mampu melihat alam yang anda kehendaki- Setelah anda mampu melihat alam yang anda kehendaki dalam waktu 5 hingga 10 menit diwaktu malam hari, sekarang anda latih pada siang hari.
- Setelah anda mampu menguasai ilmu penerawangan tingkat 3 dan anda sudah dapat berkomunikasi dengan makhluk halus berarti anda sudah menguasai ilmu penerawangan dengan sempurna.
Demikianlah penjelasan dari kami, semoga apa yang telah kami tulis dapat bermanfaat bagi anda semua. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Putri Mandalika
Kabupaten
Lombok Tengah adalah salah satu daerah Tingkat II di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah kawasan wisata
pantai yang sangat menarik dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan,
baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kawasan tersebut adalah
Pantai Seger Kuta, terletak di bagian Selatan pulau Lombok, kira-kira 65
kilometer dari kota Mataram. Keindahan pantai ini membuat para
wisatawan menjadi kagum menyaksikan panorama alamnya. Airnya yang jernih
dan tenang menjadikan pantai ini sangat ideal untuk berenang.
Selain
keindahan alamnya, Pantai Seger Kuta juga memiliki daya tarik lain yang
tidak kalah eksotisnya bagi para wisatawan. Setiap setahun sekali,
yaitu antara bulan Februari dan Maret, di tempat ini diselenggarakan
sebuah pesta atau upacara yang dikenal dengan Bau Nyale. Kata bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan kata nyale berarti sejenis cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut.
Pesta Bau Nyale
adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai
nilai sakral tinggi bagi suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Keberadaan
pesta Bau Nyale ini berkaitan erat
dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah
bagian Selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Cerita tersebut
mengisahkan tentang seorang putri yang sangat arif dan bijaksana,
namanya Putri Mandalika. Ia
adalah putri dari seorang Raja yang pernah memerintah di negeri Lombok.
Wajahnya yang elok, tubuhnya yang ramping dan perangainya yang baik,
membuat para pangeran dari berbagai negeri berkeinginan untuk
memperistrinya. Setiap pangeran yang datang melamarnya, tidak ada yang
ditolaknya. Namun, antara pangeran yang satu dan pangeran yang lainnya
tidak menerima jika sang Putri yang cantik jelita itu diperistri oleh
banyak pangeran. Hal inilah yang akan menimbulkan terjadinya perang
antara pangeran yang satu dengan pangeran yang lainnya. Hal ini pulalah
yang membuat Putri Mandalika merasa gelisah. Ia selalu termenung
memikirkan bagaimana cara agar pertumpahan darah tidak terjadi. Apa yang
akan dilakukan Putri Mandalika untuk menghindari terjadinya pertumpahan
darah tersebut? Lalu, pangeran siapa yang berhasil memperistrikan Putri
Mandalika? Untuk mengetahui jawabannya, ikuti kisahnya dalam cerita Putri Mandalika: Asal Mula Bau Nyale berikut ini.
* * *
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di pantai Selatan Pulau Lombok, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Tunjung Bitu. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang Raja yang bernama Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya, Dewi Seranting. Tonjang
Beru adalah seorang raja yang arif dan bijaksana. Seluruh rakyatnya
hidup makmur, aman dan sentosa. Mereka sangat bangga mempunyai raja yang
arif dan bijaksana itu. Raja Tonjang Beru memiliki seorang Putri yang
cantik jelita, cerdas dan bijaksana, namanya Putri Mandalika. Di samping
cantik dan cerdas, Putri Mandalika juga terkenal ramah dan sopan. Tutur
bahasanya sangat lembut. Seluruh rakyat negeri sangat sayang terhadap
sang Putri.
Kecantikan
dan keelokan perangai Putri Mandalika sudah tersohor ke berbagai
negeri, bahkan sampai ke negeri seberang. Para pangeran dari berbagai
kerajaan juga telah mendengar berita tersebut. Setiap pangeran yang
melihat kecantikan dan keanggunan sang Putri menjadi mabuk kepayang.
Seakan telah terjadwalkan, para pangeran tersebut datang secara
bergantian untuk melamar sang Putri.
Suatu
keanehan pada diri Putri Mandalika. Setiap pangeran yang datang
melamarnya, tak satu pun yang ia tolak. Namun, para pangeran tersebut
tidak menerima jika sang Putri diperistri oleh banyak pangeran. Maka
mereka pun bersepakat untuk mengadu keberuntungan melalui peperangan.
Siapa yang menang dalam peperangan itu, maka dialah yang berhak
memperistri sang Putri.
Suatu
hari, berita tentang akan terjadinya peperangan antara beberapa
kerajaan sampai pula ke telinga Raja Tonjang Beru. Sang Raja segera
memanggil putrinya untuk membicarakan masalah tersebut. “Wahai, Putriku!
Ayahanda mendengar bahwa di negeri ini akan terjadi malapetaka besar.
Seluruh pangeran yang pernah datang melamarmu akan mengadakan perang.
Mereka bersepakat, siapa yang menang dalam perang itu, dialah yang akan
menjadi suamimu,” kata sang Raja kepada putrinya.
“Putri sudah mendengar berita itu, Ayahanda,” jawab sang Putri dengan
tenang. “Lalu, apa yang akan kita lakukan agar pertumpahan darah itu
tidak terjadi?” tanya sang Raja khawatir. “Maafkan Putri, Ayahanda! Ini
semua salah Putri, karena telah menerima semua lamaran mereka. Jika
Ayahanda berkenan, izinkanlah Putri yang menyelesaikan masalah ini,”
pinta sang Putri. “Baiklah, Putriku!” jawab sang Raja penuh keyakinan.
Setelah
berpikir sehari-semalam, sang Putri pun menemukan jalan keluarnya. Pada
awalnya, sang Putri berniat memilih salah satu dari puluhan pangeran
yang melamarnya sebagai suaminya. Namun, niatnya itu ia batalkan setelah
memikirkan resikonya. Jika ia memilih satu di antara beberapa pangeran
sebagai suaminya, tentu pangeran yang lainnya merasa iri. Hal ini tentu
akan menimbulkan pertumpahan darah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan
lain bagi sang Putri. Ia pun memutuskan untuk mengorbankan jiwa dan
raganya. Tekadnya tersebut sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia sudah siap
merelakan jiwanya demi menghindari terjadinya peperangan yang akan
memakan korban yang lebih banyak.
Namun,
sebelum melaksanakan niatnya, sang Putri harus melakukan semedi
terlebih dahulu. Dalam semedinya, ia mendapat wangsit agar mengundang
semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20, bulan 10 penanggalan
Sasak), bertempat di Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah. Semua pangeran
yang diundang harus disertai oleh seluruh rakyatnya masing-masing.
Mereka harus datang ke tempat itu sebelum matahari memancarkan sinarnya
di ufuk Timur.
Hari
yang telah ditentukan tiba. Tampaklah pemandangan yang sangat menarik.
Para undangan dari berbagai negeri berbondong-bondong datang ke pantai
Seger Kuta. Orang yang datang ribuan jumlahnya. Pantai Seger Kuta bak
gula yang dikerumuni semut. Bahkan, banyak undangan yang datang dua hari
sebelum hari yang ditentukan oleh sang Putri tiba. Mulai dari anak-anak
hingga kakek-nenek datang memenuhi undangan sang Putri di tempat itu.
Rupanya mereka sudah tidak sabaran ingin menyaksikan bagaimana sang
Putri yang cantik jelita itu menentukan pilihannya.
Pantai
Sereg Kuta sudah penuh sesak oleh para undangan. Tak berapa lama, sang
Putri yang sudah tersohor kecantikannya itu pun tiba di tempat dengan
diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Seluruh undangan
serentak memberi hormat kepada sang Putri yang didampingi oleh Ayahanda
dan Ibundanya serta sejumlah pengawal kerajaan. Suasana yang tadinya
hiruk-pikuk berubah menjadi tenang. Seluruh pasang mata yang hadir
tercengang kecantikan wajah sang Putri. Tubuhnya yang dibungkus oleh
gaun sutra yang sangat halus itu, menambah keanggunan dan keelokan sang
Putri. Para pangeran sudah tidak sabar lagi menanti keputusan dari sang
Putri. Masing-masing berharap dirinyalah yang akan dipilih sang Putri.
Suasana semakin tegang. Jantung para pangeran berdetak kencang
seakan-akan mau copot.
Tidak
berapa lama, sang Putri melangkah beberapa kali, lalu berhenti di
onggokan batu, membelakangi laut lepas. Di tempat ia berdiri, Putri
Mandalika kemudian menebarkan pandangannya ke seluruh undangan yang
jumlahnya ribuan itu. Rasa penasaran para hadirin semakin memuncak.
Mereka semakin tidak sabaran ingin mendengarkan kata demi kata keluar
dari mulut sang Putri yang menyebutkan salah satu nama dari puluhan
pangeran yang ada di tempat itu sebagai pilihan hatinya.
Setelah
pandangannya merata ke arah para undangan yang hadir, sang Putri pun
berbicara untuk mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan
berseru, “Wahai, Ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran dan rakyat
negeri Tonjang Beru yang aku cintai! Setelah aku pikirkan dengan matang,
aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih
satu di antara banyak pangeran. Diriku telah ditakdirkan menjadi Nyale
yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya
Nyale di permukaan laut.”
Mendengar
keputusan sang Putri tersebut, para hadirin tersentak kaget, termasuk
Ayahanda dan Ibundanya, karena sang Putri tidak pernah memberitahukan
keputusannya itu kepada kedua orang tuanya. Belum sempat Ayahanda dan
Ibundanya berkata-kata, tiba-tiba sang Putri menceburkan diri ke dalam
laut dan langsung ditelan gelombang. Bersamaan dengan itu pula, angin bertiup kencang, kilat dan petir pun menggelegar. Suasana
di pantai itu menjadi kacau-balau. Suara teriakan terdengar di
mana-mana. Sesekali terdengar suara pekikan minta tolong. Namun, suasana
itu berlangsung tidak lama.
Sesaat
kemudian, suasana kembali tenang. Para undangan segera mencari sang
Putri di tempat di mana ia menceburkan diri. Tidak ada tanda-tanda
keberadaan sang Putri di tempat itu. Ia menghilang tanpa meninggalkan
jejak sedikit pun. Tak lama kemudian, tiba-tiba bermunculan binatang
kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang yang
berbentuk cacing laut itu memiliki warna yang sangat indah, perpaduan
warna putih, hitam, hijau, kuning dan coklat. Binatang itu disebut
dengan Nyale.
Seluruh
masyarakat yang menyaksiksan peristiwa itu meyakini bahwa Nyale
tersebut adalah jelmaan Putri Mandalika. Sesuai pesan sang Putri, mereka
pun beramai-ramai dan berlomba-lomba mengambil binatang itu
sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai tanda cinta kasih kepada sang
Putri.
* * *
Cerita
rakyat di atas merupakan cerita teladan yang mengandung nilai-nilai
moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu nilai moral yang sangat menonjol dalam cerita di atas adalah sifat
rela berkorban. Sifat ini tercermin pada sifat Putri Mandalika ketika ia
rela mengorbankan jiwa dan raganya demi menghindari terjadinya
peperangan antara beberapa kerajaan yang dapat mengakibatkan jatuhnya
banyak korban jiwa. Ia lebih memilih mengorbankan jiwanya daripada
mengorbankan jiwa orang banyak.
Selain
itu, cerita rakyat di atas juga merupakan cerita yang telah melegenda
di kalangan masyarakat Lombok Tengah yang menceritakan tentang asal-mula
upacara atau pesta Bau Nyale
(menangkap cacing), terutama di kalangan masyarakat suku-bangsa Sasak.
Hingga kini, masyarakat setempat menyelenggarakan upacara Bau Nyale setiap setahun sekali, yaitu antara bulan Februari dan Maret.
Upacara Bau Nyale
ini telah menjadi salah satu daya tarik yang banyak ditunggu-tunggu
oleh para wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Lombok Tengah menjadikan upacara Bau Nyale ini sebagai aset budaya yang penyelenggaraannya telah menjadi koor event kegiatan budaya nasional.
Tradisi upacara Bau Nyale yang diwariskan secara turun-temurun oleh suku Sasak ini sudah ada sebelum abad ke-16 Masehi. Pada saat acara Bau Nyale akan dilangsungkan, sejak sore hari masyarakat setempat beramai-ramai menangkap Nyale
si sepanjang pesisir Selatan Pulau Lombok, terutama di Pantai Seger
Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sejak berkembangnya pariwisata,
khususnya wisata pantai di Lombok, upacara Bau Nyale selalu dirangkaikan dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu), dan tidak ketinggalan pula pementasan drama kolosal Putri Mandalika. Upacara Bau Nyale
tersebut biasanya dihadiri oleh para pejabat daerah setempat hingga
Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan bahkan tidak sedikit yang datang dari
Jakarta.
Upacara Bau Nyale
sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk
ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang
dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang yang meremehkannya.
Menurut keyakinan masyarakat Sasak, Annelida laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata)
ini dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan, khususnya untuk
kesuburan tanah pertanian agar dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya mereka taburkan ke sawah untuk kesuburan padi. Selain itu, Nyale
tersebut mereka gunakan untuk berbagai keperluan seperti santapan
(Emping Nyale), lauk-pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis
sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Secara
ilmiah, cacing Nyale yang pernah diteliti mengandung protein hewani
yang sangat tinggi. Di samping itu, Dr. dr. Soewignyo Soemohardjo dalam
penelitiannya menemukan bahwa cacing Nyale dapat mengeluarkan suatu zat
yang sudah terbukti mampu membunuh kuman-kuman.
Secara
sosial-budaya, berdasarkan sebuah survey di kalangan petani Lombok
Tengah, bahwa 70,6 persen responden yang membuang daun bekas pembungkus
Nyale (daun pembungkus pepes Nyale) ke sawah dapat menambah kesuburan
tanah dan meningkatkan hasil pertanian penduduk setempat. Di samping
itu, masyarakat setempat juga meyakini bahwa apabila banyak Nyale yang keluar, hal itu menandakan pertanian penduduk akan berhasil.
Namun
yang terpenting dalam kegiatan Bau Nyale ini adalah fungsi solidaritas
dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat di Lombok Tengah yang terus
mereka pertahankan, di samping melestarikan nilai-nilai tradisional dan
budaya daerah mereka.
Cerita Rakyat Sasak : Dongeng Loq Sesekeq
Ok, ini dia ceritanya. Let¶s cekidoooottt«Teceritaan, leq zaman laeq araq sopoq cerite. Sepasang senine sememe sanget patuh. Leq akhir hayatne simeme bepesen tipak seninakne si nyeke betian,
³Lamun lahir anakte meme, ndak lupak beng ye aran Loq Sesekeq´.Kontek cerite lahir meme, mukne teparan Loq Sesekeq. Seseq artine bodo. Sopok jelo leq waktugenne araq subuh, manuk ngongkong tende benar. Selapuk kemanukan tarik muni, tesambut isik sueren bang leq masjid. Loq Sesekeq tures lalo sembahyang. Selese sembahyang, loq Sesekeqlalo tulung inakne nyepu meriri, ronas piring, mopoq natap dait siram tetaletan.Tetu-tetu mule bodo, sesuai isik aranne Lok Sesekeq. Sekalipun sak ngeno, Sesekeq sanget isinetetunah kangen isik inakne.Sopoq jelo, inakne suruk Sesekeq lalo beli kemek ojok peken, lalo nguruk jeri saudagar kemek,saudagar si jujur dait pecu. Sesekeq ndek neuah tolak perintah inakne. Sambil terenyuk lalok sitesuruk beli kemek. Si pikiranane berembe entan yak jauk kemek.Dateng leq peken, langsung ye pileq kemek si ndek boke atau ntek. Yahne beli kemek sino, bingiung ye Loq Sesekeq. Berembe bae ntan yak jauk kemek sino.
³Oh, eku bingung jauk kemek sine. Bedagang doang dekke tao, epe legi jauk kemek. Oh, eku dait akal« Mem !´
Unin Sesekeq.Banjur boyakne telu, beterusne totos kemek sino ntan-ntan sopoq. Suahan sino boyakne teli, beterus perentokne kemek sino jeri sekeq, langsung teoros ojok sopok taok. Sesekeq lampaqndek nearak kereguan.Sesekeq pencar kemekne teapek yakne bedagang jeri saudagar kemek. Ndek arak bae denganmele beregak sekek-sekek. Bahkan lueq dengan si bengak lalok gitak kemek tarik tepong. Ndek jak arak leku kemekne, Sesekeq ulek lalo ngelapur tipak inakne. Muni inakne ³O, gamak anakku, tetu jak luek dengan dateng, tetujak luek pemborong, laguk pasti pede bengak si gitak kemekde si selapukne tepong´.Lamun ngeno, becat de lalo malik ojok peken. Beliang te bebek, laguk ndak bae beli kelinci launsalak belinde. Bebek teharepan telokne adekte mauk mbun telok bilang kelemak. Sesekek patuhleq perentahan inakne. Beterus ye berangkat, lalo jok peken lampak nae. Demen dateng leq peken, langsung ye bayah bebek dengan, dekne girang beregak. Selapuk kepengne serahannekedu bayah bebek.
Beterus Sesekeq lampak uleq. Jaukne bebekne kedu keranjang. Waktu sino ye lapah geti daitmelet nginem. Pekok tian si nengkeok selangan-langan. Sengak dekne uah nyenyapah olek kelemak.Banjur betelah Sesekeq lek sedin langan. Iton arak sopok kokok, ye taokne mandik. Ngelaimesak-mesak marak empak gurami. Sesekek banjur mikir beterus muni ³Pasti bebekku melemandik marak ntan eku. Bagus kulepas bae ye aden molah nyelem lik aik´.Gek«gek«gek..! Unin bebek Sesekeq. Bebek sino langsung ngoncer. Leq atas aik ye taoknengelae. Laguk Sesekeq jeri bingung. Sedih atene, dait pineng otalkne. Paranne bebekneselapukne gombas. Dek arak tolang dait empakne. Ye amokne ngompal maraq bunge.³Oh, gamak. Bebekku ternyete sede, ndekne arak isine, ye gombas. Biline bebekne tejauk isik aik. Lalo ngelapur ojok inakne. ´ Inak, salak malik bebelianku, bebek si belingku ino gombasndek arak isine. Ye ampokke peleheleh lek kokok´.³O, anak. Mule ye sipat bebek, pasti ngoncer leq atas aik, ndekne ketelep marak ntan betu´ jawab inakne.Sopok jelo malik Sesekek belakok leq inakne. Melet lalok bedoe kaoq. Sanggup ye lalongawisan kaoq, pete boyak upak-upak si ijo. Sanggup ye ngarat timakne musim panas. Inak Sesekeq setuju doang epe si kemelen anakne.Lalo Sesekeq langan rurung kodek sempit geti. Daitne sopok taok, dait gitakne iton kanak kenceempat piak kao kedekan isik tanak malit. Rapetine isik Sesekeq. Ye ruene mele milu tepiak sahabat. Beterus pede selaman. ³Epe aranne sine batur ?¶ beketuan Sesekeq.³Ye sine teparan kao, baturan ´ jawab baturne sino.³O, eku melet geti bedoe kao. Sine si kanggokku.´³Na, iye sine kao mokoh,´ jawab baturne.³Eku uah ndekke sabar. Kao sine harus kebayar ye. Epe-epe melene sanggup ke yak tukah.´ Ndekne belo sikne pikir, Sesekeq langsung serahan kepeng bayahne kao mokoh sino. Beterusnelampak ulek seneng geti petadahanne.Dateng bale, ndekne arak daitne inakne. Lok Sesekeq bingung mbe lein inakne. Ndekne ngonek, banjur ulek inakne jauk kacang. Sambutne isik Sesekeq, sambil becerite.³Inaq, uahke lalo beli kao, bagus dait mokoh geti´³Embe ye nane kao si belinde anak?´³Ito simpenku lek dalem leci´. jawab Sesekeq. Yakke beng ye mangan bilang jelo. Inak pastisuke geti lek kaon tiang´.Inak Sesekeq becat-becat lalo gitak kao si tetoloq leq dalem leci. Inakne tinjot sambil ngentekan,epe bae si teli Sesekeq, ternyete kao maenan kanak kodek olek tanak malit. Mule dasar sesekeq.
Malik leq sopok jelo, inakne yak ngaraan acare tahlilan. Sesekeq tesuruk isik inakne lalo tututkiyei, jeri pimpin denga zikir. Sesekeq bingung, sengak dekne taon ruen kiyei. ³Berembe arankiyei inak?´ unin beketuan.Tejelasan isik inakne bekeli-keli. Laguk ndek doang inik paham. Inakne beterus muni ³Kiyeisino bedoe baok belo atawa jenggot. Becatan entan boyanganke kiyei sengak jelo uah yaen gae bian´.Banjur lampak Sesekeq lalo mete kiyai. Liwat ye lek langan si jurang dait mengkol. Leq, bawak jurang arak anak oloh. Terus Sesekeq lampak. Dateng ye leq anak oloh sino, banjur gitakne bembek meme nyeke lalok kaken upakupak. Bembek sino bedoe baok belo.³Nah ye uah sine aran kiyei, kan no ruen baokne belo geti. Seneng angenne Sesekeq si uah bedait kence kiyai. Maeh, ye bae kejauk ulek, adekke becat dateng bale. Sengak leq bale uahluek dengan ngantih kiyai. Dateng leq bale, ³inaq ne uah mauk tiang kiyei. Jauk tiang ye ulek, neye!´.Inak lok Sesekq nengkakak ngelelek jengke sakit tian, si gitak kiye baok, laguk bembek paranekeyei isik Sesekeq.³Sine ndeknaran kiyei anakku, bembek arane si jaukde. Becatan entande lalo tulakan bembek dengan. Laun teparande maling. Lamun temaling tesematek te isik dengan. Lamun te mate beiste jerine´ unin inak Sesekeq.Tulak Sesekeq lalo atong bembek jok taokne semule. Takut ye laun teparan maling launtesematek.Leq sopok waktu, Sesekeq teme ojok beren manuk. Dekne gitak tein manuk bere-bere cakrahne.Tein belot sanget beis begalut lik imene. Mikir Sesekeq, ³Ane gitah, beiske nane, selapuk bis beis. Unin inakku lamun tebeis matente. Ndek te irup malik. O gamak, eku mate, eku mate«!´Sesekeq lalo bait tambah. Kalikne leloang taokne yak talet dirik. Leloang sino lek bawak lolonkayuk. Betersus Sesekeq teme talet dirik dalem liang si pinakne.Bere-bere nepluk sopok buak paok masak. Embune sengeh dait manis ³Andengke ndek matejak, pasti uah kakenku buak paok sine. Laguk sayang eku uah mate´.Inakne leq bale sanget isikne susah. Uah bian Sesekeq ndek man ulek. Biesene ye mero ngerepdoang leq bale antih epejak sine teperentah isik inakne. Sampai kelemak malik Sesekeq endek man bae arak ulek.Demen uah muni selapuk kemanukan, tenden uah kelemak, inak Sesekeq lampak lalo meteanakne. Selung-selung daitne Sesekeq nyeke lalok tumput dirikne isik tanak lek bawak lolon paok. Becat-becat inakne ungkah Sesekeq, beterus jaukne ulek.
Awakne ketelihan, umbak kadang marak gunung, angin kenceng, Sesekeq basak keroncos.Tebanting isik umbak segere sanget ganas. Kayuk tejauk sayan tengak. Sesekeq nurut doangmbejak lein angin jauk kayuk sino. Dalem aten arak sopok, yakne lalo jok Mekah pete guru.Selung-selung dateng empak hiyu. Melene kaken Sesekeq, mauk ye takut skedik, laguk malik tenang. Dateng Petulungan Tuhan. Bere-bere lumba-lumba dateng bentu Sesekek lawan mpak hiyu. Sesekeq njontlak tipak bongkor lumba-lumba. Beterus lumbe-lumbe sino ngelae jaukneSesekeq tipak sopok taok si ndekne uah tekenal sendekmane.Jaok leine tejauk isik lumba-lumba, muk selung-selung gitakne kayuk tetungganganne lek sopok taok. Beterus Sesekek malik nunggang lik kayuk sino. Kayuk meluncur jauk Sesekek andang bat.Tengak segere galuh, malik daitne endah pulo pulo kodek kence selat-selat. Lueq geti pengalaman Sesekekq lek segare.Tuhan tetu pemurah ngicanin rahmat. Bere-bere Sesekeq dateng lek Semenanjung tanak Arab.Bedait kence gurune lek Mekah. Gurune tinjot si nggitak muridne Loq Bodo bere-bere datengMekah. ³Oh gamak anakku. Side aneh geti. Napi kadunde lite anakku, si bau lalok datengMekah?´³Tiang tunggang batang kayuk oh guru tiang. Tiang jauk pesen olek inak tiang. Dek tiang kanggo bekelin kence guru. Dait takilan niki ndek tiang kanggo bukak mesak-mesa, harustekence due doang bukak ye tekeloran beareng-bareng. Tarik pede tinjot, demen uah bukak takilan sino ternyete isine emas permata.³O, anak. Silaq tengiring ucap syukur kulekne jok Nenek te si kuase. Ite beu gawek heji bareng-bareng. Tiang doean side anak, mudahan de baujariwaliyullah. Side lebih daleman ilmunde tebandingan isik tiang wahai anak tiang´, besen guruLoq Sesekeq.Beterus Sesekeq tulis surat tipaq inakne. Ceritaanne entan si bedait kence gurunelik Mekah. Gawek Heji bareng- bareng. Nunas do¶e selamet lek inakne si keramat mudah-mudahan beu tepedait malik bareng selamet leq bawaq rahmat.
³Oh, gamak anakku, lamun ngene lalok si bodo belokde jak mae bae kuserah ojok guru ngejiunin inakne lek sopok malem. Inakne bepesen, endak bae mele bekelin kence guru. Lamunmangan harus tetep bareng-bareng´.Malem si sanget telihne, ye taokne lalo teatong ojok guru ngeji. Teserah ngeji sangne beu arak pengetaone, erak adekne beu jeri kanak si terrpuji. Sekeno harepan inakne.Betaun bebalit Sesekeq si nuntut ilmu leq gurune, laguk ndekne inik tao. Huruf sepeleng dekneinik dait. Laguk ye tetep tekun dekne inik putus asa. Timakne teparan bodo isik baturne tetep yetenang.Sesekek kanak jujur, timakne bodo. Lamun uah bejenji pastine tepatin. Dekne girang berugungendah. Lamune ngeraos ndekne girang berugung. Epejak unine ye uah dalem atene. Dekne mele bekelin dait gurune. Mbe jaklein gurune ye milu doang jeri bentek sandel. Make ye tetunah isik gurune. Tetunah endah isik selapuk baturne. Nane dateng uah bulan Heji. Gurune mele lalo gawek ibadah heji jok tanah suci. Tebarak Sesekeq ntan gurune yak lalo heji. Sesekeq becat-becat belakok milu jok mekah turut gurune.Gurune ternyuk gitak Sesekeq. Dakak ngeno, Sesekeq tetep pendirian mele milu bae tipak Mekah. Ingetne pemesenan inakne si ndek kanggo bekelin kence guru. Adekne si bareng bae bukak takilan mangan kence guru.Gurune berangkat tedok-tedok. Ndekne ceritaan Sesekeq. Laguk, Sesekek marak lemakne mauk cerite entan gurune uah berangkat jok Mekah.³Guru«.! Antih tiang, gen tiang milu jok Mekah!´ Sesekek nyurak sambilne pelei kenceng lalokejer gurune. Terus ye pelei tipak serin segere, pelabuhan taokne taek kapal gurune. Laguk epoeuah sepi lek pelabuhan dengan uah tarik berangkat. Dengan si beratong endah uah tarik ulek.Banjur nangis nyurak Sesekeq empoh gurune. ³Guru«! tiang harus bareng-bareng kence side.Dek tiang kanggo bekelin ngeno pesen inak tiang´. Sesekeq terus nyurak lagu ndek arak dengandenger ye.Tokol ye sedin pante. Terus metene ndek kejep-kejep si kileng laut galuh. Pikirane ndek arak lain gurune doang. Laguk berembepun entanne, laut dait umbak doang si jawab tangisne.Sesekek buletan tekadne. Mele bae susul gurne lalo heji. Tetep ye tokon sedin laot. Bere-beredateng bebatang kayuk. Tejauk isik umbak begelompong lik julun Sesekeq.Dekne mikir belo esekeq langsung njontlak tunggangne batang kayuk sino. ³Nte kayuk jauk eku belayar lalo susul gurungku jok Mekah´ ngeno unin pajar kayuk sino.Kayuk sino begulik tejauk isik umbak entan-entan skedik betengak. Ajaib, sayan ngonek kayuk sino sayan meluncur jok tengak segere galuh. Teombang ambing isik umbak, lagu terus lejumarak perehu. Umbak marak gunung sehinge Sesekeq uahne ketelep, uahne muncul. Laguk sekedikkedik dekne takut. Tetep ye tenang dait bulet tekatne. Yakne lalo susul gurune.
Dimensi Jiwa Manusia
Dalam panggung sejarah manusia, pernah hidup dua orang saudara kandung.
Awalnya perjalanan hidup keduanya diwarnai keharmonisan dan saling
pengertian. Kondisi seperti ini berubah ketika keduanya mencapai usia
berkeluarga.
Sang ayah memerintahkan si kakak agar menikah dengan saudari kembar adiknya, sementara adiknya dijodohkan dengan saudari kembarnya. Pada titik ini nafsu buruk mulai mencuat dan berperan. Tidak seperti adiknya, si kakak menolak perintah, lantaran pilihan sang ayah tak cocok dengan harapannya. Kemudian sang ayah memerintahkan keduanya untuk berkorban. Si kakak yang petani menyiapkan hasil tanamannya yang jelek . sebaliknya adiknya yang peternak memilih yang terbaik diantara hewan peliharaanya. Tentu saja kurban yang baik secara kualitas dan kuantitaslah yang diterima Allah. Rasa iripun menguasai si kakak, lantas ia mengancam untuk membunuhnya adiknya. Lantaran rasa takutnya kepada Allah, adiknya tak mau meladeni dan membalas ancaman tersebut meskipun ia lebih perkasa. Akhirnya, tumpahlah darah manusia untuk pertama kalinya. Dibunuhlah sang adiknya, sekalipun setelah itu sang kakak merasakan penyesalan yang amat dalam.
Itulah episode Qobil dan Habil, putera manusia dan Nabi Pertama , Adam as. Qobil dan habil kini telah tiada dan tak mungkin hidup kembali. Akan tetapi dua karakter manusia yang berbeda dan paradoksal itu akan tetap eksis dan hidup pada diri anak cucu keturunan Adam as.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam dua dimensi jiwa. Ia memiliki karakter , potensi, orientasi dan kecenderungan yang sama untuk mlakukan hal-hal positif dan negatif. Inilah salah satu ciri spesifik manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk alternatif, artinya ia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya di hadapan Allah. Sebaliknya, ia pun bisa menjadi jahat dan jatuh terperosok pada posisi yang rendah dan buruk. Ia bisa bagai hewan, bahkan lebih jelek lagi. Dalam kaitan ini, manusia dbierikan oleh Allah kekuatan ikhtiar atau usaha untuk bebas menggunakan potensi positif dan negatifnya. Namun ia tak boleh melupakan, bahwa semua pilihan dan tindakannya akan dipertanggung jawabkan di hadapan pengadilan tinggi Allah Yang Maha Adil, kelak di akhirat. Lantaran itu, bukanlah pada tempatnya manakala manusia menjadikan takdir sebagai alasan dan kambing hitam bila ia melakukan perbuatan negatif, dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya telah ditakdirkan Allah SWT. Seakan manusia itu wayang yang tak biasa berperan kecuali bila diperankan sang dalang. Padahal Allah tak akan merubah keadaan suatu kaum kalau mereka tidak berusaha merubahnya.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d: 11)
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seorang pencuri, yang diajukan kepada Umar bin Khattab ra., mengatakan bahwa dirinya melakukan pencurian karena sudah ditakdirkan Allah. Lalu dengan tangkas Umar bin Khattab menjawab bahwa bila tangannya dipotong , juga merupakan takdir Allah. Namun di pihak lain, Allah pun tak biasa dipersamakan dengan pembuat arloji. Setelah arloji itu dibikin dan dilempar ke pasar maka ia tak tahu lagi bagaimana nasib arloji tersebut, apakah masih berputar atau sudah mati. Allah senantiasa memonitor dan mengontrol makhluk-Nya.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS Al-Baqarah: 255)
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurusi (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur” (QS. 2:255).
Dua dimensi jiwa manusia senantiasa saling menyaingi, mempengaruhi dan berperang. Kemungkinan jiwa positif manusia menguasai dirinya selalu terbuka, seperti yang dialami Habil. Dan jiwa negatifpun tak tertutup kemungkinan untuk mengontrol diri manusia, seperti yang terjadi pada Qobil. Tataplah sosok seorang Mush’ab bin Umair ra yang hidup di masa Rasulullah SAW. Ia putera seorang konglomerat Makkah. Namanya menjadi buah bibir masyarakat, terutama kaum mudanya. Sebelum masuk Islam ia dikenal dalam lingkaran pergaulan jet set. Namun, suatu hari mereka tak lagi melihat sosoknya. Mereka kaget ketika mendengarnya sudah menjadi pribadi lain. Benar, ia sudah bersentuhan dengan dakwah Rasulullah SAW dan hidup dalam kemanisan iman dan kedamaian risalahnya. Sehingga cobaan beratpun ia terima dengan senyuman dan kesabaran. Kehidupan glamour ia lepaskan. Bahkan dialah yang terpilih sebagai juru dakwah kepada penduduk Madinah. Disisi lain , tengoklah pribadi Musailamah Al-Khadzdzab. Setelah mengikuti kafilah dakwah Rasulullah SAW, jiwa negatifnya masih menonjol, ketamakan akan kedudukan dan kehormatan membawanya pada pengakuan diri sebagai nabi palsu. Akhrinya ia mati terbunuh dalam kondisi tak beriman di tangan Wahsyi dalam suatu peperangan.
Manusia tentu saja memiliki harapan agar jiwa positifnya bisa menguasai dan membimbing dirinya. Sehingga ia bisa berjalan pada garis-garis yang benar dan haq. Akan tetapi seringkali harapan ini tak kunjung tercapai, bahkan bisa jadi justru kondisi sebaliknya yang muncul. Ia terperosok ke dalam kubangan kebatilan. Disinilah betapa besar peranan lingkungan yang mengelilingi diri manusia baik keluarga kawan, tetangga, guru kerabat kerja, bacaan, penglihatan, pendengaran, makanan, minuman, ataupun lainnya. Semua itu memberikan andil dan pengaruh dalam mewarnai jiwa manusia.
Islam , sebagai Din yang haq, memberikan tuntunan ke pada manusia agar ia menggunakan potensi ikhtiarnya untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang positif sebagai salah satu upaya pengarahan, pemeliharaan , tazkiyah atau pembersihan jiwa dan sebagai tindakan preventif dari hal-hal yang bisa mengotori jiwanya. Disamping itu, diperlukan pendalaman terhadap tuntunan dan ajaran Islam serta peningkatan pengalamnnya. Evaluasi diri dan introspeksi harian terhadap perjalanan hidupnya, tak kalah pentingnya dalam tazkiyah jiwa. Manakala jalan ini ditempuh dan jiwanya menjadi bersih dan suci, maka ia termasuk orang yang beruntung dalam pandangan Allah SWT. Sebaliknya , apabila jiwanya terkotori oeh berbagai polusi haram dan kebatilan, maka ia termasuk orang yang merugi menurut kriteria Allah SWT.
“Dan demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mesucikan jiwa itu. Dan merugilah orang yang mengotorinya”(QS. 91:7-10).
Dua suasana jiwa yang berbeda itu akan tampak refleksinya masing-masing perilaku keseharian manusia, baik dalam hibungannya dengan Allah, lingkungan maupun dirinya. Jiwa yang suci akan memancarkan perilaku yang suci pula, mencintai Alah dan Rasul-Nya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Sedangkan jiwa yang kotor akan melahirkan kemungkaran dan kerusakan.adalah benar bahwa Allah tidak melihat penampilan lahir seseorang, tetapi yang dilihat adalah hatinya, sebagaimana disebutkan dalam satu hadits. Tetapi ini dimaksudkan sebagai penekanan akan pentingnya peranan niat bagi sebuah amal, bukan untuk menafikan amal lahiriah. Sebuah amal ibadah akan diterima Allah manakala ada kesejajaran antara perilau lahiriah dan batiniah, disamping sesuai dengan tuntunan Din. Lebih dari itu, secara lahiriah, manusia bisa saja tampak beribadah kepada Allah. Dengan khusyu’ ia melakukan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Namun jiwanya belum tunduk ruku dan sujud kepada Allah Yang Maha Besar dan Perkasa , kepada tuntunan dan ajaran-Nya.
Tazkiyah jiwa merupakan suatu pekerjaan yang sungguh berat dan tidak gampang. Ia memerlukan kesungguhan, ketabahan dan kontinuitas. Sebagaimana amal baik lainnya, tazkiyah adalah bagai membangun sebuah gedung, disana banyak hal yang harus dikerahkan dan dikorbakan. Sedangkan pengotoran jiwa, seperti amal buruk lainnya, adalah semisal merobohkan bangunan, ia ebih mudah dan gampang serta tak banyak menguras tenaga.
“Jalan menuju surga di rintangi dengan berbagai kesulitan. Sedangkan jalan menuju neraka ditaburi dengan rangsangan hawa nafsu”, demikian sabda Rasulullah SAW.
Tazkiyah jiwa ini menjadi lebih berat lagi ketika manusia hidup dalam era informatika dan globalisasi dalam kemaksiatan dan dosa. Dimana kreasi manusia begitu canggih dan signifikan. Mansusia seakan tak berdaya mengikuti irama dan gelombangnya.
Sebenarnya Islam memiliki sikap yang akrab dan tidak menolak sains dan tekhnologi, sementara sains dan tekhnologi tersebut tidak bertentangan dan merusak lima hal prinsip (ad – dkaruriyat al khams); Din , jiwa manusia, harta, generasi dan kehormatan. Sehingga tidak ada paradoksal antara jiwa positif dan bersih serta nilai-nilai kebaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Pengalaman tuntunan dan akhlak Islami, meski tanpa pemerkosaan dalam penafsirannya, tidak pernah bertentangan dengan alam sekitar. Lantaran keduanya lahir dari satu sumber, Allah SWT, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Salah faham terhadap konsep ini akan mengakibatkan kerancuan pada langgam kehidupan manusia.maka yang tampak adalah bukit hingar bingar dan menonjolnya sarana pengotoran jiwa manusia. Akhirnya, nilai nilai positif dan kebenaran seringkali tampak transparan dan terdengar sayup-sayup. Benarlah apa yang menjadi prediksi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW:
“Orang yang sabar dalam berpegang dengan Din-nya semisal orang yang memegang bara api”.
Mereka acapkali mengalami banyak kesulitan dalam mengamalkan Din-nya. Sehingga mereka merasa asing dalam keramaian. Namun demikian, tidaklah berarti mereka boleh bersikap pesimis dalam hidup. Bahkan sebaliknya, mereka harus merasa optimis. Sebab dalam situasi seperti ini, merekalah sebenarnya orang yang meraih kemenangan dalam pandangan Islam.
“Islam mulai datang dalam keterasingan dan akan kembali dalam keterasingan pula sebagaimana mulanya. Maka berbahagialah orang – orang yang terasing”. (Al Hadist).
Dalam fenomena seperti ini, tak tahu entah dimana posisi kita. Yang jelas, manusia senantiasa dianjurkan oleh Allah agar meningkatkan kualitas dan posisi dirinya di hadapan Nya. Dan Allah tak pernah menolak setiap hamba yang benar-benar ingin kembali kepada jalan-Nya. Bahkan lebih dari itu, manakala hamba Nya datang dengan berjalan, maka Ia akan menjemputnya dengan berlari. Sungguh Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Kita berharap, semoga kita termasuk orang-orang yang mau mendengar panggilan-Nya yang memiliki jiwa muthmainnah, jiwa yang tenang. Sehingga kita akhirnya berhak meraih panggilan kasih sayang –Nya.
“Hai jiwa yang tenang . Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku”.(QS.99:27-30)
Sang ayah memerintahkan si kakak agar menikah dengan saudari kembar adiknya, sementara adiknya dijodohkan dengan saudari kembarnya. Pada titik ini nafsu buruk mulai mencuat dan berperan. Tidak seperti adiknya, si kakak menolak perintah, lantaran pilihan sang ayah tak cocok dengan harapannya. Kemudian sang ayah memerintahkan keduanya untuk berkorban. Si kakak yang petani menyiapkan hasil tanamannya yang jelek . sebaliknya adiknya yang peternak memilih yang terbaik diantara hewan peliharaanya. Tentu saja kurban yang baik secara kualitas dan kuantitaslah yang diterima Allah. Rasa iripun menguasai si kakak, lantas ia mengancam untuk membunuhnya adiknya. Lantaran rasa takutnya kepada Allah, adiknya tak mau meladeni dan membalas ancaman tersebut meskipun ia lebih perkasa. Akhirnya, tumpahlah darah manusia untuk pertama kalinya. Dibunuhlah sang adiknya, sekalipun setelah itu sang kakak merasakan penyesalan yang amat dalam.
Itulah episode Qobil dan Habil, putera manusia dan Nabi Pertama , Adam as. Qobil dan habil kini telah tiada dan tak mungkin hidup kembali. Akan tetapi dua karakter manusia yang berbeda dan paradoksal itu akan tetap eksis dan hidup pada diri anak cucu keturunan Adam as.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam dua dimensi jiwa. Ia memiliki karakter , potensi, orientasi dan kecenderungan yang sama untuk mlakukan hal-hal positif dan negatif. Inilah salah satu ciri spesifik manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk alternatif, artinya ia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya di hadapan Allah. Sebaliknya, ia pun bisa menjadi jahat dan jatuh terperosok pada posisi yang rendah dan buruk. Ia bisa bagai hewan, bahkan lebih jelek lagi. Dalam kaitan ini, manusia dbierikan oleh Allah kekuatan ikhtiar atau usaha untuk bebas menggunakan potensi positif dan negatifnya. Namun ia tak boleh melupakan, bahwa semua pilihan dan tindakannya akan dipertanggung jawabkan di hadapan pengadilan tinggi Allah Yang Maha Adil, kelak di akhirat. Lantaran itu, bukanlah pada tempatnya manakala manusia menjadikan takdir sebagai alasan dan kambing hitam bila ia melakukan perbuatan negatif, dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya telah ditakdirkan Allah SWT. Seakan manusia itu wayang yang tak biasa berperan kecuali bila diperankan sang dalang. Padahal Allah tak akan merubah keadaan suatu kaum kalau mereka tidak berusaha merubahnya.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d: 11)
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seorang pencuri, yang diajukan kepada Umar bin Khattab ra., mengatakan bahwa dirinya melakukan pencurian karena sudah ditakdirkan Allah. Lalu dengan tangkas Umar bin Khattab menjawab bahwa bila tangannya dipotong , juga merupakan takdir Allah. Namun di pihak lain, Allah pun tak biasa dipersamakan dengan pembuat arloji. Setelah arloji itu dibikin dan dilempar ke pasar maka ia tak tahu lagi bagaimana nasib arloji tersebut, apakah masih berputar atau sudah mati. Allah senantiasa memonitor dan mengontrol makhluk-Nya.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS Al-Baqarah: 255)
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurusi (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur” (QS. 2:255).
Dua dimensi jiwa manusia senantiasa saling menyaingi, mempengaruhi dan berperang. Kemungkinan jiwa positif manusia menguasai dirinya selalu terbuka, seperti yang dialami Habil. Dan jiwa negatifpun tak tertutup kemungkinan untuk mengontrol diri manusia, seperti yang terjadi pada Qobil. Tataplah sosok seorang Mush’ab bin Umair ra yang hidup di masa Rasulullah SAW. Ia putera seorang konglomerat Makkah. Namanya menjadi buah bibir masyarakat, terutama kaum mudanya. Sebelum masuk Islam ia dikenal dalam lingkaran pergaulan jet set. Namun, suatu hari mereka tak lagi melihat sosoknya. Mereka kaget ketika mendengarnya sudah menjadi pribadi lain. Benar, ia sudah bersentuhan dengan dakwah Rasulullah SAW dan hidup dalam kemanisan iman dan kedamaian risalahnya. Sehingga cobaan beratpun ia terima dengan senyuman dan kesabaran. Kehidupan glamour ia lepaskan. Bahkan dialah yang terpilih sebagai juru dakwah kepada penduduk Madinah. Disisi lain , tengoklah pribadi Musailamah Al-Khadzdzab. Setelah mengikuti kafilah dakwah Rasulullah SAW, jiwa negatifnya masih menonjol, ketamakan akan kedudukan dan kehormatan membawanya pada pengakuan diri sebagai nabi palsu. Akhrinya ia mati terbunuh dalam kondisi tak beriman di tangan Wahsyi dalam suatu peperangan.
Manusia tentu saja memiliki harapan agar jiwa positifnya bisa menguasai dan membimbing dirinya. Sehingga ia bisa berjalan pada garis-garis yang benar dan haq. Akan tetapi seringkali harapan ini tak kunjung tercapai, bahkan bisa jadi justru kondisi sebaliknya yang muncul. Ia terperosok ke dalam kubangan kebatilan. Disinilah betapa besar peranan lingkungan yang mengelilingi diri manusia baik keluarga kawan, tetangga, guru kerabat kerja, bacaan, penglihatan, pendengaran, makanan, minuman, ataupun lainnya. Semua itu memberikan andil dan pengaruh dalam mewarnai jiwa manusia.
Islam , sebagai Din yang haq, memberikan tuntunan ke pada manusia agar ia menggunakan potensi ikhtiarnya untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang positif sebagai salah satu upaya pengarahan, pemeliharaan , tazkiyah atau pembersihan jiwa dan sebagai tindakan preventif dari hal-hal yang bisa mengotori jiwanya. Disamping itu, diperlukan pendalaman terhadap tuntunan dan ajaran Islam serta peningkatan pengalamnnya. Evaluasi diri dan introspeksi harian terhadap perjalanan hidupnya, tak kalah pentingnya dalam tazkiyah jiwa. Manakala jalan ini ditempuh dan jiwanya menjadi bersih dan suci, maka ia termasuk orang yang beruntung dalam pandangan Allah SWT. Sebaliknya , apabila jiwanya terkotori oeh berbagai polusi haram dan kebatilan, maka ia termasuk orang yang merugi menurut kriteria Allah SWT.
“Dan demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mesucikan jiwa itu. Dan merugilah orang yang mengotorinya”(QS. 91:7-10).
Dua suasana jiwa yang berbeda itu akan tampak refleksinya masing-masing perilaku keseharian manusia, baik dalam hibungannya dengan Allah, lingkungan maupun dirinya. Jiwa yang suci akan memancarkan perilaku yang suci pula, mencintai Alah dan Rasul-Nya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Sedangkan jiwa yang kotor akan melahirkan kemungkaran dan kerusakan.adalah benar bahwa Allah tidak melihat penampilan lahir seseorang, tetapi yang dilihat adalah hatinya, sebagaimana disebutkan dalam satu hadits. Tetapi ini dimaksudkan sebagai penekanan akan pentingnya peranan niat bagi sebuah amal, bukan untuk menafikan amal lahiriah. Sebuah amal ibadah akan diterima Allah manakala ada kesejajaran antara perilau lahiriah dan batiniah, disamping sesuai dengan tuntunan Din. Lebih dari itu, secara lahiriah, manusia bisa saja tampak beribadah kepada Allah. Dengan khusyu’ ia melakukan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Namun jiwanya belum tunduk ruku dan sujud kepada Allah Yang Maha Besar dan Perkasa , kepada tuntunan dan ajaran-Nya.
Tazkiyah jiwa merupakan suatu pekerjaan yang sungguh berat dan tidak gampang. Ia memerlukan kesungguhan, ketabahan dan kontinuitas. Sebagaimana amal baik lainnya, tazkiyah adalah bagai membangun sebuah gedung, disana banyak hal yang harus dikerahkan dan dikorbakan. Sedangkan pengotoran jiwa, seperti amal buruk lainnya, adalah semisal merobohkan bangunan, ia ebih mudah dan gampang serta tak banyak menguras tenaga.
“Jalan menuju surga di rintangi dengan berbagai kesulitan. Sedangkan jalan menuju neraka ditaburi dengan rangsangan hawa nafsu”, demikian sabda Rasulullah SAW.
Tazkiyah jiwa ini menjadi lebih berat lagi ketika manusia hidup dalam era informatika dan globalisasi dalam kemaksiatan dan dosa. Dimana kreasi manusia begitu canggih dan signifikan. Mansusia seakan tak berdaya mengikuti irama dan gelombangnya.
Sebenarnya Islam memiliki sikap yang akrab dan tidak menolak sains dan tekhnologi, sementara sains dan tekhnologi tersebut tidak bertentangan dan merusak lima hal prinsip (ad – dkaruriyat al khams); Din , jiwa manusia, harta, generasi dan kehormatan. Sehingga tidak ada paradoksal antara jiwa positif dan bersih serta nilai-nilai kebaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Pengalaman tuntunan dan akhlak Islami, meski tanpa pemerkosaan dalam penafsirannya, tidak pernah bertentangan dengan alam sekitar. Lantaran keduanya lahir dari satu sumber, Allah SWT, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Salah faham terhadap konsep ini akan mengakibatkan kerancuan pada langgam kehidupan manusia.maka yang tampak adalah bukit hingar bingar dan menonjolnya sarana pengotoran jiwa manusia. Akhirnya, nilai nilai positif dan kebenaran seringkali tampak transparan dan terdengar sayup-sayup. Benarlah apa yang menjadi prediksi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW:
“Orang yang sabar dalam berpegang dengan Din-nya semisal orang yang memegang bara api”.
Mereka acapkali mengalami banyak kesulitan dalam mengamalkan Din-nya. Sehingga mereka merasa asing dalam keramaian. Namun demikian, tidaklah berarti mereka boleh bersikap pesimis dalam hidup. Bahkan sebaliknya, mereka harus merasa optimis. Sebab dalam situasi seperti ini, merekalah sebenarnya orang yang meraih kemenangan dalam pandangan Islam.
“Islam mulai datang dalam keterasingan dan akan kembali dalam keterasingan pula sebagaimana mulanya. Maka berbahagialah orang – orang yang terasing”. (Al Hadist).
Dalam fenomena seperti ini, tak tahu entah dimana posisi kita. Yang jelas, manusia senantiasa dianjurkan oleh Allah agar meningkatkan kualitas dan posisi dirinya di hadapan Nya. Dan Allah tak pernah menolak setiap hamba yang benar-benar ingin kembali kepada jalan-Nya. Bahkan lebih dari itu, manakala hamba Nya datang dengan berjalan, maka Ia akan menjemputnya dengan berlari. Sungguh Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Kita berharap, semoga kita termasuk orang-orang yang mau mendengar panggilan-Nya yang memiliki jiwa muthmainnah, jiwa yang tenang. Sehingga kita akhirnya berhak meraih panggilan kasih sayang –Nya.
“Hai jiwa yang tenang . Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas dan diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surga-Ku”.(QS.99:27-30)
Iklaskanlah Hati
Orang yang ikhlas adalah manusia yang dilindungi oleh Allah dari
penyakit hati tersebut. Rasulullah memberi peringatan kepada umat Islam
agar menjauhi hal-hal yang bisa menodai dan mengikis sifat keikhlasan
kepada Allah seperti sombong. Sabda Rasulullah SAW: ''Sedikit dari sifat
riya itu adalah syirik.Maka, barang siapa yang memusuhi wali-wali Allah
niscaya sesungguhnya dia telah memusuhi Allah. Sesungguhnya Allah
sangat mengasihi orang yang berbakti dan bertakwa serta yang tidak
diketahui orang lain tentang dirinya. Jika mereka tidak ada dan hilang
dalam acara apapun, mereka tidak dicari oleh orang lain, dan kalau
mereka hadir di situ mereka tidak begitu dikenali oleh orang lain. Hati
nurani mereka umpama lampu petunjuk yang akan menyinari mereka hingga
mereka keluar dari tempat yang gelap gelita.'' (Hadis riwayat Hakim)
Itulah harapan dan impian mereka dengan pengabdian yang penuh tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah. Allah berfirman, ''Katakanlah: sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang yang pertama Islam (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya).'' (QS al-An'am, ayat 162 - 163).
Imam al-Ghazali menyatakan, semua manusia sebenarnya celaka, kecuali yang berilmu. Ilmuwan juga celaka, kecuali yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Yang disebutkan terakhir ini pun celaka, kecuali yang menghiasi diri mereka dengan sifat ikhlas. Ringkasnya, selama seorang Muslim itu menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Allah dengan penuh keikhlasan, maka selama itulah segala gerak gerik dan diamnya, tidur dan jaganya akan dinilai sebagai satu langkah ikhlas dan tulus menuju keridaan Allah.
Tiga ciri ikhlas
Seorang yang ikhlas memiliki ciri tersendiri sehingga menjadi lambang keperibadiannya:
Pertama, tidak terpengaruh atau termakan oleh pujian dan cercaan orang lain. Bagi mereka segala pujian yang indah atau cercaan yang buruk adalah sama nilainya.
Kedua, tidak mengharapkan balasan atau ganjaran dari amal kebajikan yang pernah dilakukan, tetapi dia hanya mengharapkan keridaan Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka.'' (Hadits riwayat Baihaqi)
Ketiga, orang yang tidak pernah mengungkit-ungkit kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Artinya, orang yang selalu menyebut tentang kebaikan yang pernah dilakukan, apalagi menghina dan memburuk-burukkan orang yang pernah diberikan bantuan, maka sesungguhnya dia sangat jauh dari golongan orang yang ikhlas. Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita agar bersedekah secara diam-diam, jauh dari penglihatan orang banyak. Umpama tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri tidak mengetahuinya. Sabda Rasulullah SAW: ''Bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kamu, tetapi Dia hanya melihat kepada hati kamu.'' (Hadits riwayat Muslim)
Itulah harapan dan impian mereka dengan pengabdian yang penuh tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah. Allah berfirman, ''Katakanlah: sesungguhnya solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang yang pertama Islam (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya).'' (QS al-An'am, ayat 162 - 163).
Imam al-Ghazali menyatakan, semua manusia sebenarnya celaka, kecuali yang berilmu. Ilmuwan juga celaka, kecuali yang benar-benar mengamalkan ilmunya. Yang disebutkan terakhir ini pun celaka, kecuali yang menghiasi diri mereka dengan sifat ikhlas. Ringkasnya, selama seorang Muslim itu menyerahkan dirinya sepenuh hati kepada Allah dengan penuh keikhlasan, maka selama itulah segala gerak gerik dan diamnya, tidur dan jaganya akan dinilai sebagai satu langkah ikhlas dan tulus menuju keridaan Allah.
Tiga ciri ikhlas
Seorang yang ikhlas memiliki ciri tersendiri sehingga menjadi lambang keperibadiannya:
Pertama, tidak terpengaruh atau termakan oleh pujian dan cercaan orang lain. Bagi mereka segala pujian yang indah atau cercaan yang buruk adalah sama nilainya.
Kedua, tidak mengharapkan balasan atau ganjaran dari amal kebajikan yang pernah dilakukan, tetapi dia hanya mengharapkan keridaan Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka.'' (Hadits riwayat Baihaqi)
Ketiga, orang yang tidak pernah mengungkit-ungkit kembali segala kebaikan yang pernah dilakukan. Artinya, orang yang selalu menyebut tentang kebaikan yang pernah dilakukan, apalagi menghina dan memburuk-burukkan orang yang pernah diberikan bantuan, maka sesungguhnya dia sangat jauh dari golongan orang yang ikhlas. Rasulullah SAW pernah memerintahkan kita agar bersedekah secara diam-diam, jauh dari penglihatan orang banyak. Umpama tangan kanan memberi sedangkan tangan kiri tidak mengetahuinya. Sabda Rasulullah SAW: ''Bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kamu, tetapi Dia hanya melihat kepada hati kamu.'' (Hadits riwayat Muslim)
Ketika Jiwa-Jiwa dan Malaikat Menangis
"Dalam memahami firman Allah, Abu Bakar al-Shiddiq berkata, "Yang
dimaksud dengan al-barru adalah lisan sedangkan yang dimaksud dengan
al-bahru adalah kalbu. Jiwa-jiwa akan menangis jika lisan seseorang
rusak dan Malaikat akan menangis jika kalbu seseorang rusak " (Abu Bakar
al-Shiddiq Ra)
‘Umar RA berkata, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim (yang berpengetahuan).” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin, seorang munafik memiliki sifat ‘alim.?” Ia menjawab, “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezhaliman atau kemungkaran.”
Pada umumnya, apa yang keluar dari tubuh manusia adalah sesuatu yang berbau tidak sedap. Mulai dari bau keringat, bau mulut, hingga bau yang satu itu. Hanya beberapa organ tertentu saja yang masih memungkinkan mengeluarkan keharuman. Lisan dengan kata-katanya yang indah, bermakna, dan menyejukkan, akal dengan gagasan-gagasannya yang baik dan bermanfaat, atau hati (qalb dalam bahasa Arab) seseorang dengan niat tulusnya yang melahirkan amal-amal shalih. Apabila lisan, akal, dan hati seseorang tidak bisa mengeluarkan yang baik, maka dapat dipastikan seluruh tubuhnya hanya akan memproduksi bau busuk.
Kenyataannya, apa yang keluar dari akal, lisan, dan hati manusia memiliki implikasi yang sangat luas terhadap dirinya dan orang lain. Rasulullah Saw melukiskan lisan dan hati sebagai kekayaan yang sangat berharga. ”Abdu bin Humaid menceriterakan ketika ayaat 34 surat al-Taubbah (”dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak”) turun kami sedang dalam suatu perjalanan. Kemudian beberapa orang sahabat berkata, ”Ayat tersebut turun berkenaan dengan emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang paling baik, tentu kami akan menyimpannya.” Rasulullah Saw kemudian bersabda, ”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan isteri yang beriman yang membantu suaminya dalam merealisasikan keimanannya” (HR, al-Tirmidzi).
Tentu saja kenyataan itu harus benar-benar disadari oleh setiap insan. Agaknya ungkapan Sayyidina Abu Bakar tersebut merefleksikan orang yang memiliki kesadaran tinggi tentang implikasi gerak dua komponen diri manusia tersebut (lisan dan hati).
Tak dapat dipungkiri, lidah adalah karunia Allah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Siapa pun pasti akan mengalami kesukaran untuk berkomunikasi dan menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan keinginannya, kepada orang lain, tanpa melalui lisan. Barangkali lisan termasuk organ tubuh paling utama yang sering beraktivitas dalam keseharian kita. Bahkan dalam banyak hal, apa yang meluncur dari lisan menjadi ukuran kualitas seseorang. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR, Bukhari).
Dari lisan meluncur apa yang disebut ”kata”. Di sini penstrukturan tanda atau bunyi menyimpan makna yang sangat penting dalam proses komunikasi. Dengan ”kata”, sebuah tanda atau artikulasi diri dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa ”kata” yang meluncur dari lisan nyaris seseorang tidak dapat merealisasikan keinginan-keinginannya yang paling fundamental sekalipun yang karenanya ia akan teralienasi dari lingkungan otentiknya. Oleh sebab itu posisi lisan dalam aktivitas kemanusiaan memiliki nilai sangat strategis.
Nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tampak pada ungkapan Rasulullah Saw ketika beliau menjawab pertanyaan Uqbah bin Amir. Dalam satu riwayat Uqbah berkata, ”Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, ”Wahai Rasulullah Saw, apakah jalan keselamatan? Beliau menjawab, ”Tahanlah lidahmu, perluaslah rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR, al-Tirmidzi).
”Kata” yang meluncur dari lisan seseorang, implikasi dan pengaruhnya bisa melebihi kapasitas dirinya dan zamannya. Akan menggema dan dapat memantul di semua benua. Banyak ungkapan yang lahir dari lisan seseorang memiliki nilai abadi.
Pada kenyataannya, sebuah keyakinan, gagasan, atau doktrin hanya dapat dipahami melalui rangkaian kata-kata yang pada mulanya meluncur dari lisan. Bahkan sebuah arketip atau pola yang diteladani dapat dipahami oleh manusia pada awalnya melalui kata-kata. Oleh sebab itu nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tak dapat diingkari oleh siapa pun. Dalam sebuah hadits dikatakan, ”Tiada satu pun dari jasad manusia melainkan akan mengadukan lidah kepada Allah Swt atas ketajamannya.” (HR, Abu Dunia).
Aktivitas lisan bisa berefek ganda dan luar biasa pengaruhnya terhadap tata hubungan manusia. Terkadang ia dapat meluncurkan sejumlah kebaikan dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari'at. Sebaliknya, lisan juga dapat meluncurkan sejumlah kejelekan yang membahayakan dirinya dan orang lain bagi siapa yang menggunakannya secara sembarangan. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara masyriq/timur.” (HR, Bukhari)
Bahaya lisan yang tidak dikendalikan oleh norma dan tuntunan syari'at bisa menyeret seseorang ke jurang kebinasaan. Untuk itu Rasulullah Saw menasehati agar menjaga lidah dengan baik. Ia menganjurkan untuk bisa diam ketika tidak bisa bicara baik. "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah ". (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab ketajaman lidah mengalahkan ketajaman pedang yang mampu menebas leher siapa pun, maka dimensi daya hancurnya kepada kehidupan sangat luas. Rasulullah Saw bersabda:"Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya".(HR, Ibnu Abi Dunya). Bahkan dosa bisa membiak dari lisan. "Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya" (HR. Al- Thabrani, Ibnu Abi Dunya, dan Al Baihaqi).
Atas dasar itu kita dapat memahami nilai keutamaan menjaga lidah yang diajarkan oleh Islam. Imam Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin mengatakan, "Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam ". Luqman al-Hakim berkata: "Diam itu adalah kebijakan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya". Rasulullah Saw bersabda, "Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan " (HR, al-Thabarani dan Ibnu Hibban).
Ketika lisan mengalami kerusakan, maka akibat pastinya adalah meluncurnya produk lisan yang membahayakan orisinalitas jiwa manusia. Baik jiwa orang yang mengeluarkannya atau pun jiwa yang menangkapnya. Selanjutnya, kesadaran azali kita, seperti ketika kita di tanya oleh Sang Pencipta di alam azali, “Apakah aku Rabb kalian?” dan kita menjawab, “Benar”, akan menjadi rusak pula karena diperkosa oleh berbagai produk lisan yang menggencetnya. Akibatnya jiwa pun menangis karenanya. Sebab jiwa pada dasarnya/secara orisinil senantiasa cenderung mencari ketenangan, rasa nyaman dan kepuasan.
Kecenderungan itu akan menuntut pencarian pada segala sesuatu di luar dirinya yang mampu menjaga dan berkesesuaian dengan orisinalitas jiwa. Oleh karena itu, jiwa-jiwa pun akan menjerit bila dibombardir oleh produk lisan yang buruk sebab hal itu sangat bertentangan dengan kecenderungannya. Jika interaksi jiwa dengan produk lisan yang buruk berlangsung secara terus menerus, maka orisinalitas jiwa akan tergerus sedikit demi sedikit yang pada akhirnya akan melahirkan insensifitas yang mengancam keselamatannya. Lebih parah jika sampai pada tingkat kesadaran azalinya terbenam oleh ingar-bingar produk lisan.
Selain lisan, hati adalah komponen penting lain, yang posisinya sangat menentukan perjalanan hidup manusia. Lathifah rabbaniyyah, yang amat halus dan lembut; yang tidak kesatmata, tak berupa, dan tak dapat diraba; yang bersifat Rabbani dan ruhani ini, pada hakikatnya merupakan inti manusia. Dalam bahasa Arab, makna literal qalb adalah ”berbalik” atau ”berputar balik”. Allah-lah yang membulak-balikkan hati manusia. Dalam sebuah doa dikatakan ”ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ’ala dinik.”
Hati laksana sebuah radar yang terus-menerus berputar dan mengamati secara sepintas. Ia selalu mencari yang suci. Hati adalah cermin yang dapat memantulkan cahaya Ilahiah. Imam Ghazali mengatakan, ”Wahai teman! Hatimu adalah cermin yang mengkilap. Kau harus membersihkan debu yang mengotorinya, karena hati ditakdirkan untuk memantulkan rahasia-rahasia Ilahi. Oleh karena itu hati merupakan potensi utama yang dianugerahkan kepada manusia. Oleh Allah Swt, hati diberi kemampuan untuk menyerap, menghayati, memahami, dan mengenal segala sesuatu yang diinderai dan dipercayainya demi kemajuan eksistensinya. Hati adalah medium kemajuan spiritualitas manusia.
Oleh karena itu kemajuan kemanusiaan tidak hanya ada pada otak semata, melainkan ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal, dan pikiran, yaitu kekuatan hati. Sebab, kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan pada kemuliaan hidup dan kemajuan psiritualnya yang menentukan kualitas dirinya. Dalam kajian sufi, hati dilukiskan sebagai raja yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.
Allah Swt mengajarkan kepada manusia agar selalu mendengarkan suara hati nuraninya dan karena itu kewajiban kita untuk memelihara kejernihannya. Sebab dengan kejernihan hati diharapkan sifat-sifat mulia yang tertanam di dalamnya dapat memancar ke prilaku lahiriah.
Sesungguhnya di dalam hati manusia sudah tertanam percikan sifat-sifat “Illahiah”, sifat-sifat maha mulia Allah Swt, telah bersemayam. Dapat dikatakan, semua yang hak, terindah, dan terbaik bersarang di dalamnya. Melalui pemeliharaan yang serius hati manusia bisa terang benderang, bercahaya dengan cahaya dari sifat-sifat-Nya Yang Maha Mulia, Yang Maha Agung, dan Maha sempurna. Medium pemeliharaaan yang paling efektif adalah dengan makrifat, yakni ilmu-ilmu yang berakar pada tauhid, mengesakan Allah Swt.
Selanjutnya dengan makrifat yang terus mekar di hati, cahaya kebesaran Allah, keindahan, dan keagunganNya akan terus memancar. Kesadaran batinnya tentang yang benar dan salah akan selalu hidup. Dengan cahaya itu ia dapat menagkap kemahamuliaan Allah Swt, mengambil dan mengamalkan segala kehendak-Nya, dan melakukan segala sesuatu yang membawa manfaat, serta menjauhi sejauh-jauhnya segala yang membawa madarat. Memang hati menjadi pusat kebaikan, ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan hakiki.
Hati yang jernih dan sehat melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani yang bening. Socrates mengidentikkan suara hati dengan suara peringatan batin yang diaanggapnya berasal dari Allah. Filosof lain menyebutnya sebagai percikan ilahi yang mampu menyediakan pedoman dalam kehidupan.
Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu berpikir positif, betindak bijak, cerdas, dan berbagai sifat-sifat mulia. Dengan hati yang jernih, kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih
produktif untuk meraih kemuliaan hakiki. Sebab, seperti dikemukakan para pemikir, manusia yang suara hatinya jernih karena berada dalam wadah hati yang jernih merupakan fakultas akal yang mampu membedakan yang benar dan yang salah.
Akan tetapi hati tidak akan dapat dijernihkan dengan cahaya ilahiah jika ia teralingi oleh nafsu duniawi dan ternodai oleh maksiat. Kecerahannya ditentukan oleh ketulusannya dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah yang merupakan tujuan awal bagi manusia dan kesaksian zalinya.
Ibnu ’Atha`illah dalam al-Hikam mengattakan, ”Bagaimana hati dapat bersinar sementara bayang-bayang dunia terlukis dalam cerminnya? Atau, bagaimana hati dapat berangkat menuju Allah sedangkan ia masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau, bagaimana hati akan antusias menghadap hadirat-Nya jika ia belum suci dari ”janabah” kelalaiannya? Atau, bagaimana hati mampu memahami kedalaman rahasia-rahasia sedangkan ia belum bertaubat dari kesalahannya?.
Lebih dari itu hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya dikarenakan ia tempat bersemayamnya iman. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Bahkan ia adalah sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, dan kecerdasan emosional. Dalam kajian sufi hati menyimpan kecerdasan dan sekaligus kearifan yang terdalam bagi manusia. Ia adalah lokus makrifat, genosis, atau pengetahuan spiritual. Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya hati seorang mukmin mampu memuat segala sesuatu yang tidaka dapat dimuat oleh langit dan bumi.”
Oleh sebab posisi hati adalah terminal yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan alam, maka kejernihan hati dapat menjadikan hubungan itu sehat, baik, dan konstruktif. Hubungan dengan Tuhannya akan penuh ketundukan dan kecintaan. Hubungan dengan sesamanya akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati sehingga menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Hubungan dengan alam dan lingkungannya dengan etik yang menyebabkan tidak menimbulkan kerusakan.
Begitulah posisi strategis hati sangat menentukan kemanausiaan seseorang. Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur Rasulullah Saw bersabda, "Ingatlah sesungguhnya pada jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh jasad. Ingatlah, ia adalah hati."
Oleh sebab itu jika hati rusak maka seluruh tata hubungan menjadi rusak pula yang menyebabkan malaikat pun menangis. Dalam kitab al-Tadzkirah fi Ahwal al-Maut wa Umur al-Akhirah, Imam al-Qurthubi mengutip sebuah riwayat dari Imam al-Zuhri, Wahab bin Munabbih, dan lain-lainnya. Dalam riwayat itu diceritakan bahwa ketika itu Allah mengutus malaikat Jibril untuk membawakan tanah kepada – Nya.
Ketika diambil oleh Jibril, tanah memohon perlindungan kepada Allah dari Jibril, sehingga Jibril tidak jadi membawanya. Hal yang sama juga terjadi pada Malaikat kedua yang diutus. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada malaikat yang ketiga. Ia justru berhasil membawakan tanah kepada Allah swt. Lalu Allah bertanya kepadanya, ”Apakah tanah itu tidak memohon perlindungan kepada- Ku dari kamu ?” Malaikat menjawab, ”Ya”. Allah bertanya lagi, ” Kenapa kamu tidak merasa kasihan kepadanya, seperti kedua tanganmu?”. Malaikat menjawab, ”Aku lebih mengutamakan taat kepada Engkau dari pada mengasihaninya (tanah)”. Allah berfirman, ”Pergilah! Kamu adalah malaikat maut, yang aku beri kuasa untuk mencabut nyawa seluruh makhluk ”. Mendengar itu, malaikat menangis. Kemudian Allah bertanya lagi, ”Kenapa kamu menangis?” Malaikat pun menjawab : ” Ya Tuhan, dari tanah ini Engkau ciptakan para nabi dan makhluk pilihan lainnya. Dan, Engkau tidak menciptakan makhluk yang lebih mereka benci daripada kematian. Jika mereka mengenali aku, mereka pasti membenci dan mencaci maki aku”. Wallahu A’lam
‘Umar RA berkata, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim (yang berpengetahuan).” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin, seorang munafik memiliki sifat ‘alim.?” Ia menjawab, “Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezhaliman atau kemungkaran.”
Pada umumnya, apa yang keluar dari tubuh manusia adalah sesuatu yang berbau tidak sedap. Mulai dari bau keringat, bau mulut, hingga bau yang satu itu. Hanya beberapa organ tertentu saja yang masih memungkinkan mengeluarkan keharuman. Lisan dengan kata-katanya yang indah, bermakna, dan menyejukkan, akal dengan gagasan-gagasannya yang baik dan bermanfaat, atau hati (qalb dalam bahasa Arab) seseorang dengan niat tulusnya yang melahirkan amal-amal shalih. Apabila lisan, akal, dan hati seseorang tidak bisa mengeluarkan yang baik, maka dapat dipastikan seluruh tubuhnya hanya akan memproduksi bau busuk.
Kenyataannya, apa yang keluar dari akal, lisan, dan hati manusia memiliki implikasi yang sangat luas terhadap dirinya dan orang lain. Rasulullah Saw melukiskan lisan dan hati sebagai kekayaan yang sangat berharga. ”Abdu bin Humaid menceriterakan ketika ayaat 34 surat al-Taubbah (”dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak”) turun kami sedang dalam suatu perjalanan. Kemudian beberapa orang sahabat berkata, ”Ayat tersebut turun berkenaan dengan emas dan perak. Seandainya kami tahu harta yang paling baik, tentu kami akan menyimpannya.” Rasulullah Saw kemudian bersabda, ”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan isteri yang beriman yang membantu suaminya dalam merealisasikan keimanannya” (HR, al-Tirmidzi).
Tentu saja kenyataan itu harus benar-benar disadari oleh setiap insan. Agaknya ungkapan Sayyidina Abu Bakar tersebut merefleksikan orang yang memiliki kesadaran tinggi tentang implikasi gerak dua komponen diri manusia tersebut (lisan dan hati).
Tak dapat dipungkiri, lidah adalah karunia Allah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Siapa pun pasti akan mengalami kesukaran untuk berkomunikasi dan menyampaikan gagasan-gagasan, bahkan keinginannya, kepada orang lain, tanpa melalui lisan. Barangkali lisan termasuk organ tubuh paling utama yang sering beraktivitas dalam keseharian kita. Bahkan dalam banyak hal, apa yang meluncur dari lisan menjadi ukuran kualitas seseorang. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR, Bukhari).
Dari lisan meluncur apa yang disebut ”kata”. Di sini penstrukturan tanda atau bunyi menyimpan makna yang sangat penting dalam proses komunikasi. Dengan ”kata”, sebuah tanda atau artikulasi diri dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa ”kata” yang meluncur dari lisan nyaris seseorang tidak dapat merealisasikan keinginan-keinginannya yang paling fundamental sekalipun yang karenanya ia akan teralienasi dari lingkungan otentiknya. Oleh sebab itu posisi lisan dalam aktivitas kemanusiaan memiliki nilai sangat strategis.
Nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tampak pada ungkapan Rasulullah Saw ketika beliau menjawab pertanyaan Uqbah bin Amir. Dalam satu riwayat Uqbah berkata, ”Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, ”Wahai Rasulullah Saw, apakah jalan keselamatan? Beliau menjawab, ”Tahanlah lidahmu, perluaslah rumahmu, dan tangisilah kesalahanmu.” (HR, al-Tirmidzi).
”Kata” yang meluncur dari lisan seseorang, implikasi dan pengaruhnya bisa melebihi kapasitas dirinya dan zamannya. Akan menggema dan dapat memantul di semua benua. Banyak ungkapan yang lahir dari lisan seseorang memiliki nilai abadi.
Pada kenyataannya, sebuah keyakinan, gagasan, atau doktrin hanya dapat dipahami melalui rangkaian kata-kata yang pada mulanya meluncur dari lisan. Bahkan sebuah arketip atau pola yang diteladani dapat dipahami oleh manusia pada awalnya melalui kata-kata. Oleh sebab itu nilai strategis lisan dalam kehidupan manusia tak dapat diingkari oleh siapa pun. Dalam sebuah hadits dikatakan, ”Tiada satu pun dari jasad manusia melainkan akan mengadukan lidah kepada Allah Swt atas ketajamannya.” (HR, Abu Dunia).
Aktivitas lisan bisa berefek ganda dan luar biasa pengaruhnya terhadap tata hubungan manusia. Terkadang ia dapat meluncurkan sejumlah kebaikan dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari'at. Sebaliknya, lisan juga dapat meluncurkan sejumlah kejelekan yang membahayakan dirinya dan orang lain bagi siapa yang menggunakannya secara sembarangan. “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memerhatikannya, tidak memikirkan kejelekannya dan tidak khawatir akan akibat/dampaknya, ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara masyriq/timur.” (HR, Bukhari)
Bahaya lisan yang tidak dikendalikan oleh norma dan tuntunan syari'at bisa menyeret seseorang ke jurang kebinasaan. Untuk itu Rasulullah Saw menasehati agar menjaga lidah dengan baik. Ia menganjurkan untuk bisa diam ketika tidak bisa bicara baik. "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah ". (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab ketajaman lidah mengalahkan ketajaman pedang yang mampu menebas leher siapa pun, maka dimensi daya hancurnya kepada kehidupan sangat luas. Rasulullah Saw bersabda:"Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya".(HR, Ibnu Abi Dunya). Bahkan dosa bisa membiak dari lisan. "Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya" (HR. Al- Thabrani, Ibnu Abi Dunya, dan Al Baihaqi).
Atas dasar itu kita dapat memahami nilai keutamaan menjaga lidah yang diajarkan oleh Islam. Imam Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin mengatakan, "Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam ". Luqman al-Hakim berkata: "Diam itu adalah kebijakan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya". Rasulullah Saw bersabda, "Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan " (HR, al-Thabarani dan Ibnu Hibban).
Ketika lisan mengalami kerusakan, maka akibat pastinya adalah meluncurnya produk lisan yang membahayakan orisinalitas jiwa manusia. Baik jiwa orang yang mengeluarkannya atau pun jiwa yang menangkapnya. Selanjutnya, kesadaran azali kita, seperti ketika kita di tanya oleh Sang Pencipta di alam azali, “Apakah aku Rabb kalian?” dan kita menjawab, “Benar”, akan menjadi rusak pula karena diperkosa oleh berbagai produk lisan yang menggencetnya. Akibatnya jiwa pun menangis karenanya. Sebab jiwa pada dasarnya/secara orisinil senantiasa cenderung mencari ketenangan, rasa nyaman dan kepuasan.
Kecenderungan itu akan menuntut pencarian pada segala sesuatu di luar dirinya yang mampu menjaga dan berkesesuaian dengan orisinalitas jiwa. Oleh karena itu, jiwa-jiwa pun akan menjerit bila dibombardir oleh produk lisan yang buruk sebab hal itu sangat bertentangan dengan kecenderungannya. Jika interaksi jiwa dengan produk lisan yang buruk berlangsung secara terus menerus, maka orisinalitas jiwa akan tergerus sedikit demi sedikit yang pada akhirnya akan melahirkan insensifitas yang mengancam keselamatannya. Lebih parah jika sampai pada tingkat kesadaran azalinya terbenam oleh ingar-bingar produk lisan.
Selain lisan, hati adalah komponen penting lain, yang posisinya sangat menentukan perjalanan hidup manusia. Lathifah rabbaniyyah, yang amat halus dan lembut; yang tidak kesatmata, tak berupa, dan tak dapat diraba; yang bersifat Rabbani dan ruhani ini, pada hakikatnya merupakan inti manusia. Dalam bahasa Arab, makna literal qalb adalah ”berbalik” atau ”berputar balik”. Allah-lah yang membulak-balikkan hati manusia. Dalam sebuah doa dikatakan ”ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ’ala dinik.”
Hati laksana sebuah radar yang terus-menerus berputar dan mengamati secara sepintas. Ia selalu mencari yang suci. Hati adalah cermin yang dapat memantulkan cahaya Ilahiah. Imam Ghazali mengatakan, ”Wahai teman! Hatimu adalah cermin yang mengkilap. Kau harus membersihkan debu yang mengotorinya, karena hati ditakdirkan untuk memantulkan rahasia-rahasia Ilahi. Oleh karena itu hati merupakan potensi utama yang dianugerahkan kepada manusia. Oleh Allah Swt, hati diberi kemampuan untuk menyerap, menghayati, memahami, dan mengenal segala sesuatu yang diinderai dan dipercayainya demi kemajuan eksistensinya. Hati adalah medium kemajuan spiritualitas manusia.
Oleh karena itu kemajuan kemanusiaan tidak hanya ada pada otak semata, melainkan ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal, dan pikiran, yaitu kekuatan hati. Sebab, kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan pada kemuliaan hidup dan kemajuan psiritualnya yang menentukan kualitas dirinya. Dalam kajian sufi, hati dilukiskan sebagai raja yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.
Allah Swt mengajarkan kepada manusia agar selalu mendengarkan suara hati nuraninya dan karena itu kewajiban kita untuk memelihara kejernihannya. Sebab dengan kejernihan hati diharapkan sifat-sifat mulia yang tertanam di dalamnya dapat memancar ke prilaku lahiriah.
Sesungguhnya di dalam hati manusia sudah tertanam percikan sifat-sifat “Illahiah”, sifat-sifat maha mulia Allah Swt, telah bersemayam. Dapat dikatakan, semua yang hak, terindah, dan terbaik bersarang di dalamnya. Melalui pemeliharaan yang serius hati manusia bisa terang benderang, bercahaya dengan cahaya dari sifat-sifat-Nya Yang Maha Mulia, Yang Maha Agung, dan Maha sempurna. Medium pemeliharaaan yang paling efektif adalah dengan makrifat, yakni ilmu-ilmu yang berakar pada tauhid, mengesakan Allah Swt.
Selanjutnya dengan makrifat yang terus mekar di hati, cahaya kebesaran Allah, keindahan, dan keagunganNya akan terus memancar. Kesadaran batinnya tentang yang benar dan salah akan selalu hidup. Dengan cahaya itu ia dapat menagkap kemahamuliaan Allah Swt, mengambil dan mengamalkan segala kehendak-Nya, dan melakukan segala sesuatu yang membawa manfaat, serta menjauhi sejauh-jauhnya segala yang membawa madarat. Memang hati menjadi pusat kebaikan, ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan hakiki.
Hati yang jernih dan sehat melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani yang bening. Socrates mengidentikkan suara hati dengan suara peringatan batin yang diaanggapnya berasal dari Allah. Filosof lain menyebutnya sebagai percikan ilahi yang mampu menyediakan pedoman dalam kehidupan.
Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu berpikir positif, betindak bijak, cerdas, dan berbagai sifat-sifat mulia. Dengan hati yang jernih, kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih
produktif untuk meraih kemuliaan hakiki. Sebab, seperti dikemukakan para pemikir, manusia yang suara hatinya jernih karena berada dalam wadah hati yang jernih merupakan fakultas akal yang mampu membedakan yang benar dan yang salah.
Akan tetapi hati tidak akan dapat dijernihkan dengan cahaya ilahiah jika ia teralingi oleh nafsu duniawi dan ternodai oleh maksiat. Kecerahannya ditentukan oleh ketulusannya dalam mempersembahkan dirinya kepada Allah yang merupakan tujuan awal bagi manusia dan kesaksian zalinya.
Ibnu ’Atha`illah dalam al-Hikam mengattakan, ”Bagaimana hati dapat bersinar sementara bayang-bayang dunia terlukis dalam cerminnya? Atau, bagaimana hati dapat berangkat menuju Allah sedangkan ia masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau, bagaimana hati akan antusias menghadap hadirat-Nya jika ia belum suci dari ”janabah” kelalaiannya? Atau, bagaimana hati mampu memahami kedalaman rahasia-rahasia sedangkan ia belum bertaubat dari kesalahannya?.
Lebih dari itu hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya dikarenakan ia tempat bersemayamnya iman. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Bahkan ia adalah sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, dan kecerdasan emosional. Dalam kajian sufi hati menyimpan kecerdasan dan sekaligus kearifan yang terdalam bagi manusia. Ia adalah lokus makrifat, genosis, atau pengetahuan spiritual. Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya hati seorang mukmin mampu memuat segala sesuatu yang tidaka dapat dimuat oleh langit dan bumi.”
Oleh sebab posisi hati adalah terminal yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan alam, maka kejernihan hati dapat menjadikan hubungan itu sehat, baik, dan konstruktif. Hubungan dengan Tuhannya akan penuh ketundukan dan kecintaan. Hubungan dengan sesamanya akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati sehingga menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Hubungan dengan alam dan lingkungannya dengan etik yang menyebabkan tidak menimbulkan kerusakan.
Begitulah posisi strategis hati sangat menentukan kemanausiaan seseorang. Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur Rasulullah Saw bersabda, "Ingatlah sesungguhnya pada jasad itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh jasad. Ingatlah, ia adalah hati."
Oleh sebab itu jika hati rusak maka seluruh tata hubungan menjadi rusak pula yang menyebabkan malaikat pun menangis. Dalam kitab al-Tadzkirah fi Ahwal al-Maut wa Umur al-Akhirah, Imam al-Qurthubi mengutip sebuah riwayat dari Imam al-Zuhri, Wahab bin Munabbih, dan lain-lainnya. Dalam riwayat itu diceritakan bahwa ketika itu Allah mengutus malaikat Jibril untuk membawakan tanah kepada – Nya.
Ketika diambil oleh Jibril, tanah memohon perlindungan kepada Allah dari Jibril, sehingga Jibril tidak jadi membawanya. Hal yang sama juga terjadi pada Malaikat kedua yang diutus. Akan tetapi, tidak demikian halnya pada malaikat yang ketiga. Ia justru berhasil membawakan tanah kepada Allah swt. Lalu Allah bertanya kepadanya, ”Apakah tanah itu tidak memohon perlindungan kepada- Ku dari kamu ?” Malaikat menjawab, ”Ya”. Allah bertanya lagi, ” Kenapa kamu tidak merasa kasihan kepadanya, seperti kedua tanganmu?”. Malaikat menjawab, ”Aku lebih mengutamakan taat kepada Engkau dari pada mengasihaninya (tanah)”. Allah berfirman, ”Pergilah! Kamu adalah malaikat maut, yang aku beri kuasa untuk mencabut nyawa seluruh makhluk ”. Mendengar itu, malaikat menangis. Kemudian Allah bertanya lagi, ”Kenapa kamu menangis?” Malaikat pun menjawab : ” Ya Tuhan, dari tanah ini Engkau ciptakan para nabi dan makhluk pilihan lainnya. Dan, Engkau tidak menciptakan makhluk yang lebih mereka benci daripada kematian. Jika mereka mengenali aku, mereka pasti membenci dan mencaci maki aku”. Wallahu A’lam
Langganan:
Komentar (Atom)